Kamis, 26 Maret 2009

Rekayasa Genetika

Bagaimana Teknik Rekayasa Genetika Diperoleh.

Jauh sebelum Charles R Darwin (Bapak Evolusi) menerbitkan buku fenomenalnya berjudul “On The Origin Of Species by Means of Natural Selection”, Manusia telah mempercayai bahwa terdapat proses penurunan sifat dari induk kepada keturunannya. Aristoteles (384-323 SM), menyatakan bahwa dalam mengubah organisme dari bentuk sederhana menjadi lebih kompleks dan sempurna adalah berdasarkan metafisika, Jean Baptiste Lamarck (1744-1829) menyatakan bahwa perubahan makhluk hidup justru dipengaruhi lingkungan, bukan pembawaan. Akan tetapi dibandingkan teori sebelumnya, Teori Darwin jauh lebih diterima karena menyertakan bukti-bukti atau fakta yang mendukung dan merupakan hasil penelitian ilmiah secara berpuluh-puluh tahun, teori ini juga mampu mendorong para ahli untuk kebenaran teori tersebut.
Semenjak Teori Darwin dikemukakan, perkembangan biologi maju lebih pesat, berbagai macam pertanyaan mengenai konsep penurunan sifat terjawab dengan lengkap. Bahkan sejak saat itu disiplin ilmu biologi mengenai penurunan sifat dipisahkan menjadi disiplin ilmu tersendiri yaitu genetika, disamping konsep sebelumnya tentang perubahan makhluk hidup yang berubah terus menerus (evolusi). Darwin (disetujui ataupun tidak) banyak memberikan masukan bermanfaat terhadap perkembangan biologi baik dalam hal konsep ataupun teknik penelitian yang dilakukannya. meskipun demikian, hingga saat ini terdapat konsep Darwin yang menjadi pokok perdebatan banyak kalangan, mengenai hal ini dalam Bab “Difficulties of the Theory” ia menulis: ” …Jika suatu spesies memang berasal dari spesies lain melalui perubahan sedikit demi sedikit, mengapa kita tidak melihat sejumlah besar bentuk transisi di mana pun? Mengapa alam tidak berada dalam keadaan kacau-balau, tetapi justru seperti kita lihat, spesies-spesies hidup dengan bentuk sebaik-baiknya?….” menurut teori ini harus ada bentuk-bentuk peralihan dalam jumlah besar, tetapi mengapa kita tidak menemukan mereka terkubur di kerak bumi dalam jumlah tidak terhitung?…. dan pada daerah peralihan, yang memiliki kondisi hidup peralihan, mengapa sekarang tidak kita temukan jenis-jenis peralihan dengan kekerabatan yang erat? telah lama kesulitan ini sangat membingungkan saya”.
Pada perkembangan selanjutnya, genetika menjawab keraguan Darwin dengan fakta sebaliknya, Sulit sekali mengakui bahwa dalam perkembangan alamiah terdapat evolusi lompat species, melalui penelitian kacang ercis selama bertahun-tahun, Gregor Mendel (1866) menyatakan bahwa sifat makhluk hidup diturunkan dari induk kepada keturunannya. Pernyataan tersebut menunjukkan adanya substansi Genetika sebagai faktor pembawa sifat, akan tetapi hasil penelitian tersebut justru mementahkan teori spesiasi Darwin, karena pada kenyataannya dibutuhkan waktu yang lebih lama serta spesies peralihan yang lebih banyak sebelum menghasilkan menghasilkan spesies yang baru.
Perkembangan genetika masa kini ditandai dengan penggunaan teknologi nano sebagai perangkat perubah penurunan sifat, keyakinan bahwa terdapatnya subjek tertentu yang merepresentasikan sifat individu yang dapat diturunkan diikuti dengan diketemukannya Gen (W.Johanssen) sebagai unit terkecil dalam faktor individu pembawa sifat. Gen terdapat dalam kromosom seseorang (W. Waldayer) berisikan substansi genetic yang merepresentasikan sifat seseorang secara utuh, Mengubah gen berarti mengubah sifat individu, dengan cara menemukan substansi yang tepat dan mengubahnya, maka kita dapat menghasilkan individu dengan sifat yang berbeda dari keturunannya, hal inilah yang kemudian dikembangkan sebagai teknik rekayasa genetika.
Teknologi rekayasa genetika semakin lama semakin berkembang pesat, sejak awal perkembangan biologi (genetika khususnya) menjadi sorotan dalam ilmu pengetahuan, manusia tetap menjadi objek penelitian, hal ini sebenarnya sesuai dengan tujuan ilmu untuk mempermudah kehidupan manusia, namun apa kemudian yang akan terjadi andaikata teknologi rekayasa genetika diterapkan sepenuhnya, akan lahir anak dari rahim yang berbeda dengan ibu pemilik sel telur aslinya, akan diciptakan manusia-manusia “tiruan” dalam bentuk dan sifat yang sama dengan garis keturunan yang tidak jelas, akan muncul jenis hewan yang bentuknya disesuaikan kebutuhan manusia; semangka tanpa biji, kambing berkaki pendek, ayam yang terus-menerus bertelur tanpa dibuahi dan sebagainya, tidakkah itu merusak biodiversitas dalam tatanan yang sudah ada sebelumnya?

1 Comment:

  1. Aam Amarullah said...
    Hallo mas fadly? blognya bagus..terima kasih
    salam kenal, aku lihat judul yang ingi diambil dari catatan makalahku ya yang berjudul "Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Rekayasa Genetika" (http://faithaneef-edu.blogspot.com)
    oh ya gpp kok kalo mau kutip tapi boleh ya aku minta sourch-nya untuk ditampilkan? terima kasih

Post a Comment



FADLY_blog © 2008 Template by:
SkinCorner